Nama-nama
Sunan Wali Songo
Berikut
ini adalah daftar nama-nama sunan walisongo beserta asal daerahnya:
1.
Maulana Malik Ibrahim, sunan walisongo yang paling lebih dahulu ada. Beliau
dikabarkan berasal dari Persia dan kemudian menetap dan berkedudukan di Gresik,
jawa Timur.
2.
Sunan Ampel (Ngampel), sunan
walisongo yang memiliki nama asli Raden Rahmat dan berkedudukan di Ngampel,
dekat Surabaya.
3.
Sunan Bonang, sunan walisongo yang semula bernama Makdum Ibrahim ini adalah
anak kandung dari Sunan Ampel. Ia berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
4.
Sunan Drajat, sunan walisongo yang awalnya bernama Masih Munat ini adalah
adik dari Sunan Bonang. Ia berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya.
5.
Sunan Giri, sunan yang semula bernama Raden Paku ini adalah asli murid
dari Sunan Ampel. Ia berkedudukan di bukit Giri, dekat Gresik.
6.
Sunan Muria, sunan yang berkedudukan di sungai Muria, Kudus.
7.
Sunan Kudus, sunan yang semula bernama Udung ini berkedudukan di Kudus.
8.
Sunan Kalijaga, sunan yang bernama asli Joko Said ini berkedudukan di
Kadilangu, Demak.
9.
Sunan Gunung Jati, atau yang bernama asli Syarif Hidayatullah merupakan
satu-satunya anggota wali songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Ia
lahir sekitar tahun 1450 M dan wafat pada usia 120 tahun atau sekitar tahun
1520
SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM
1. Asal usul SYEKH
MAULANA MALIK IBRAHIM
Jauh sebelum Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa.
Sebenarnya sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah pantai utara. Termasuk
di desa Leran. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita
bernama Fatimah Binti Maimun yang meninggal pada tahun 475 Hijriyah atau pada
tahun 1082 M.
Jadi sebelum jaman Wali Songo, Islam sudah ada di pulau Jawa,
yaitu daerah Jepara dan Leren. Tetapi Islam pada masa itu masih belum
berkembang secara besar-besaran.
L.Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dikenal penduduk setempat sebagai Kakek Bantal itu
diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Beliau berdakwah di Gresik
hingga akhir wafatnya yaitu pada tahun 1419 M.
Pada masa itu kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur adalah
Majapahit. Raja dan rakyatnya kebanyakan masih beragama Hindu atau Budha.
Sebagian rakyat Gresik sudah ada yang beragam Islam, tetapi masih banyak yang
beragama Hindu atau bahkan tidak beragama sama sekali.
Dalam Dakwah kakek bantal menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang tepat berdasarkan ajaran
Al-Qur’an yaitu :
“Hendaklah engkau ajak kejalan TuhanMu dengan hikmah
(kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka
berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya (QS. An Nahl ; 125)”
Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki dan pernah
mengembara di Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi
orang-orang Hindu di pulau Jawa. Gujarat adalah wilayah negara Hindia yang
kebanyakan penduduknya beragama Hindu.
Di Jawa, kakek bantal bukan hanya berhadapan dengan masyarakat
Hindu melainkan juga harus bersabar terhadap mereka yang tak beragama maupun
mereka yang terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan iman dari
orang-orang Islam yang bercampur dengan kegiatan Musyrik. caranya beliau tidak langsung menentang kepercayaan mereka
yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh hikmah, beliau tunjukkan
keindahan dan ketinggian akhlak Islami sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dari huruf-huruf arab yang terdapat pada batu nisannya dapat
diketahui bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah si Kakek Bantal, penolong
fakir miskin, yang dihormati para pangeran dan para sultan ahli tata negara
yang ulung, hal itu menunjukkan betapa hebat perjuangan beliau terhadap
masyarakat, bukan hanya pada kalangan atas melainkan juga pada golongan rakyat
bawah yaitu kaum fakir miskin.
Keterangan yang tertulis dimakamnya ialah sbb : “inilah makam Almarhum Almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan,
kebanggaan para pangeran, para Sultan dan para Menteri, penolong para Fakir dan
Miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama,
Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek Bantal. Allah meliputinya dengan
RahmatNya dan KeridhaanNya, dan dimasukkan ke dalam Surga. Telah Wafat pada
hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H.”
Menurut literatur yang ada, beliau juga ahli pertanian dan ahli
pengobatan. Sejak beliau berada di Gresik hasil pertanian rakyat Gresik
meningkat tajam. Dan orang-orang sakit banyak yang disembuhkannya dengan
daun-daunan tertentu.
Sifatnya lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua
orang, baik sesama muslim atau dengan non muslim membuatnya terkenal sebagai
tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati. Kepribadiannya yang baik itulah
yang menarik hati penduduk setempat sehingga mereka berbondong-bondong masuk agama
Islam dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia.
Sebagai misal beliau menghadapi rakyat jelata yang
pengetahuannya masih awam sekali, beliau tidak menjelaskan Islam secara
njelimet. Kaum bawah tersebut dibimbing untuk bisa mengolah tanah agar sawah
dan ladang mereka dapat dipanen lebih banyak lagi. Sesudah itu mereka
dianjurkan bersyukur kepada yang memberikan Rezeki yaitu Allah SWT.
Dikalangan rakyat jelata Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat
terkenal, terutama dari kalangan kasta rendah. Sebagaimana diketahui agama
Hindu membagi masyarakat menjadi 4 kasta yaitu ; kasta brahmana, kstaria,
waisya dan sudra. Dari ke empat kasta tersebut kasta sudra adalah yang paling
rendah dan sering di tindas oleh kasta-kasta yang lebih tinggi. Maka ketika
Syekh Maulana Malik Ibrahim menerangkan kedudukan seseorang didalam Islam,
orang-orang kasta sudra dan waisya banyak yang tertarik, Syekh Maulana Malik
Ibrahim menjelaskan bahwa dalam agama Islam semua manusia sama sederajat. Orang
sudra boleh saja bergaul dengan kalangan yang lebih atas, tidak dibeda-bedakan.
Dihadapan Allah semua manusia adalah sama, yang paling mulia diantara mereka
hanyalah yang paling taqwa disisi Allah SWT.
Taqwa itu letaknya dihati, hati yang mengendalikan segala gerak
kehidupan manusia untuk berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan segala perintah
Allah dan menjauhi segala laranganNya.
Dengan taqwa itulah manusia akan hidup bahagia di dunia dan di
akherat kelak, orang yang bertaqwa sekalipun dia dari kasta sudra bisa jadi
lebih mulia daripada mereka yang berkasta ksatria dan brahmana.
Mendengar keterangan ini, mereka yang berasal dari kasta sudra
dan waisya merasa lega, mereka merasa dibela dan dikembalikan haknya sebagai
manusia yang utuh sehingga wajarlah bila mereka berbondong-bondong masuk agama
Islam dengan suka cita.
Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan
mesjid untuk beribadah bersama-sama dan mengaji. Dalam membangun mesjid ini
beliau mendapat bantuan yang tidak sedikit dari Raja Carmain.
Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat
meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa dan seluruh
Nusantara maka beliau kemudian mendirikan pesantren yang merupakan perguruan
Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.
Pendirian pesantren yang pertama kali di Nusantara itu di ilhami
oleh kebiasaan masyarakat Hindu yaitu para Biksu dan Pendeta Brahmana yang
mendidik cantrik dan calon pemimpin agama di mandala-mandala mereka.
Inilah salah satu strategi para wali yang cukup jitu, orang Budha dan Hindu
yang mendirikan mandala-mandala untuk mendidik kader tidak dimusuhi secara
frontal, melainkan beliau-beliau itu mendirikan pesantren yang mirip dengan
mandala-mandala miliki kelompok Hindu dan Budha tersebut untuk menjaring umat.
Dan ternyata hasilnya sungguh memuaskan, dari pesantren Gresik kemudian muncul
para mubaligh yang menyebar ke seluruh Nusantara.
Tradisi pesantren tersebut berlangsung hingga dijaman sekarang.
Dimana para ulama menggodok calon mubaligh dipesantren yang diasuhnya.
Bila orang bertanya suatu masalah agama kepada beliau maka
beliau tidak menjawab dengan berbelit-belit melainkan dijawabnya dengan mudah
dan gamblang sesuai dengan pesan Nabi yang menganjurkan agama disiarkan dengan
mudah, tidak dipersulit, umat harus dibuat gembira, tidak ditakut-takuti.
Pada suatu hari Syekh Maulana Malik Ibrahim ditanya tentang :
Apakah yang dinamakan Allah itu ?
Beliau tidak menjawab bahwa Allah itu adalah Tuhan yang memberi
pahala surga kepada hambaNya yang berbakti dan menyiksa sepedih-pedihnya bagi
hamba yang membangkang kepadaNya.
Jawabannya cukup singkat dan jelas yaitu, “Allah adalah Zat yang
diperlukan adaNya.”
Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik,
beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam,
melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik menjadi
lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung
untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik ini lahan pertanian menjadi
subur dan hasil panen bertambah banyak, para petani menjadi makmur dan mereka
dapat mengerjakan ibadah dengan tenang.
Andaikata Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak ikut membenahi dan
meningkatkan taraf hidup rakyat Gresik tentulah mereka sukar diajak beribadah
dengan baik dan tenang. Sebagaimana sabda Nabi bahwa kefakiran menjurus pada
kekafiran. Bagaimana mungkin bisa beribadah dengan tenang jika sehari-hari
disibukkan dengan urusan sesuap nasi. Inilah resep yang harus ditiru.
2. Tamu dari Negeri
Carmain
Ada ganjalan di hari Syekh Maulana Malik Ibrahim, dia telah
berhasil mengIslamkan sebagian besar rakyat Gresik. Yang mana saat itu Gresik
merupakan bagian dari wilayah Majapahit. Kalau seluruh rakyat sudah memeluk
Islam sementara Raja Brawijaya penguasa Majapahir masih beragama Hindu, apakah
dibelakang hari tidak timbul ketegangan antara rakyat dengan rajanya.
Untuk menghindari hal itu maka Syekh Maulana Malik Ibrahim
mempunyai rencana mengajak Raja Brawijaya untuk masuk agama Islam.
Hal itu diutarakan kepada sahabatnya yaitu Raja Carmain.
Ternyata Raja Carmain juga mempunyai maksud serupa. Sudah lama Raja Carmain
ingin mengajak Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Pada tahun 1321 M. Raja
Carmain datang ke Gresik disertai putrinya yang cantik rupawan. Putri Raja
Carmain itu bernama Dewi Sari, tujuannya dalam misi tersebut adalah untuk
memberikan bimbingan kepada para putri istana Majapahit mengenal agama Islam.
Bersama Syekh Maulana Malik Ibrahim rombongan dari negeri
Carmain itu menghadap Prabu Brawijaya. Usaha mereka ternyata gagal. Prabu
Brawijaya bersikeras mempertahankan agama lama dengan ucapan diplomatis. Bahwa
dia bersedia masuk Islalm bila Dewi Sari bersedia dipersuntingnya sebagai
isteri. Dewi Sari menolak, tidak ada gunanya masuk Islam bila ditunggangi
dengan kepentingan duniawi. Beragama seperti itu hanya akan merusak
keagungan agama Islam.
Rombongan dari negeri Carmain lalu kembali ke Gresik. Mereka
beristiharat di Leran sembari menunggu selesainya perbaikan kapal untuk
berlayar pulang
Sungguh sayang sekali, selama peristirahatan di Leran banyak
anggota dari negeri Carmain yang diserang wabah penyakit. Banyak diantara
mereka yang tewas, termasuk Dewi Sari.
Kabar kematian Dewi Sari terdengar ke telinga Prabu Brawijaya,
Raja yang memang tertarik dan merasa jatuh cinta kepada Dewi Sari itu kemudian
menyempatkan diri beserta para punggawanya berkunjung ke Leran. Raja Brawijaya
memerintahkan kepada para punggawanya untuk menggali kubur dan memakamkan Dewi
Sari dengan upacara kebesaran.
Setelah rombongan dari negeri Carmain itu meninggalkan pantai
Leran Prabu Brawijaya menyerahkan seluruh daerah Gresik kepada Syekh Maulana
Malik Ibrahim untuk diperintah sendiri dibawah kedaulatan Majapahit.
Penyerahan wilayah itu adalah siasat dari sang Raja agar rakyat
Gresik yang beragama Islam itu tidak memberontak kepada Rajanya yang masih
beragama Hindu.
Amanat Raja Majapahit itu diterima oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim dengan sukarela. Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan
perdamaian walaupun dengan kafir zimmi yaitu orang-orang bukan muslim yang mau
hidup berdampingan dengan aman dalam suatu negara.
Demikianlah SEKILAS tentang Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang
waliyullah yang dianggap sebagai ayah dari Wali Songo. Beliau wafat di Gresik
pada tahun 882 H atau 1419 M.