NabiMusa as merupakan anak laki-laki Imran bin Yash-har, dan bersaudara dengan Nabi
harun as. Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman Fir’aun menguasai mesir.
Rakyat mesir ketika itu benar-benar tuntuk pada Fir’aun yang
menggunakan system banyak tuhan, padahal sebelumnya telah berada di jalan yang
benar melaui dakwah yang dilakukan Nabi Yusuf. Sementara anak-anak nabi
yakub atau anak-anak israil juga telah menyimpang dari TAuhid. Mereka mengikuti
jalan orang-orang mesir lainnya. Tidak banyak keluarga yakub yang
mempertahankan agama Tauhid, itupun dilakukan dengan cara tersembunyi.
Lalu tibalah suatu masa atas bani israil di mana mereka
semakin banyak dan semakin menyebar. Mereka mengerjakan berbagai macam
pekerjaan dan mereka memenuhi pasar-pasar di mesir. Hari demi hari semakin
erlalu, kekuasaan mesir diperintah oleh seorang raja yang bengis yaitu Firaun,
dimana-mana orang mesir menyembahnya. Raja yang jahat ini melihat bahwa bani
israil semakin banyak dan semakin berkembanga serta mempunyai posisi yang
penting.
Lalu Fir’aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu
memerintahkan agar anak yang lahir berjenis kelamin laki laki harus dibunuh.
Aturan itupun mulai dijalankan. Namun para pakar ekonimi berkata kepada
Fir’aun; Orang-orang tua dari bani israil akan mati sesuai dengan ajal mereka,
sedangkan anak kecil disembelih maka ini akan berakhir pada hancurnya dan
binasanya Bani Israil namun Firaun akan kehilangan kekayaan dan asset manusia
yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak
dapat lagi dimilikinya. Maka yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu
proses sebagai berikut : anak laki-laki disembelih pada tahun pertama, dan
hendaklah mereka dibiarkan pada tahun berikutnya. Fir’aun pun setuju dengan
pendapat itu, karena mengganggap pemikiran itu lebih menguntungkan dari sisi
ekonomi.
Suatu hari ibu nabi Musa mengandung nabi harun, ketika itu
adalah tahun dimana anak-anak kecil laki-laki tidak dibunuh dan ia pun bisa
melahirkan dengan terang-terangan. Namun ketika melahirkan mengandung Nabi Musa
as, ia berada di tahun dimana anak-anak kecil harus di bunuh. Sang ibu pun
merasa sangat cemas dan ketahukan yang luar biasa. Ia takut bahwa jangan-jangan
nanti anak yang dilahirkannya akan dibunuh juga. Ia pun melahirkan secara
sembunyi-sembunyi. Dan untuk menyembunyikan anaknya, sang ibu pun menyusui
secara sembunyi-sembunyi. Lalu tibalah suatu malah yang penuh berkah, dimana
saat itu Allah Yang Maha Mengetahui memberi wahyu kepadanya, sebagai berikut :
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa : “Susuilah dia dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan
jangan kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul”
(Qs 28 : 7)
Mendengar wahyu Allah yang maha kuasai itu dan panggilan
yang penuh kasih saying dan suci itu, ibu Nabi Musa as langsung mentaatinya.Lalu
ia diperintahkan untuk membuat peti kecil untuk Nabi Musa as. Setelah
menyusuinya., ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai
nil lalu membuangnya di atas air. Ibu mana yang tega membuang anak yang
dilahirkannya, hatinya penuh derita ketika ia melempat anaknya di sungai nil.
Namun itu merupakan perintah dari Allah yang maha tahu dan maha pengasih sertapenyayang.
Beberapa saat setelah berada di atas air sungai nil,
kemudian Allah memerintahkan arus sungai nil agar menjadi tenang dan
lembut kepada bayi yang dibawanya yang nantinya akan menjadi Nabi. Sebagaimana
Allah yang maha kuasa memerintahkan kepada api agar menjadi dingin dan membawa
keselamatan bagi nabi Ibrahim as, begitu juga Allah memerintahkan kepada sungai
Nil agar membawa Nabi Musa dengan tenang dan penuh kelembutan sehingga
mengarahkannya ke istana raja Fir’aun. Air sungai Nil tersebut membawa peti
yang berisi nabi Musa ke istana raja fir’aun. DI sana ombak menyerahkannya
kepada tepi pantai kemudia ia mewariskan kepada tepi pantai itu. Dan ANgin
berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti: “Jangan engkau banyak bergerak
karena Musa sedang tidur. Rumput pun mentaati perintah angin dan Musa pun tetap
tertidur.
Pada suatu ketika, matahari telah menyinari istana raja Fir’aun.
Isteri Fir’aun keluar berjalan-jalan di kebun istana sebagaimana biasanya.
Isteri raja fir’aun tidak sama dengan Fir’aun, Fir’aun merupakan orang kafir,
namun isterinya adalah orang yang beriman. Fir’aun keras kepala, namun
isterinya adalah wanita penyayang. Fir’aun adalah penjahat namun isterinya
adalah wanita yang lembut dan penuh cinta. Namun wanita itu merasakan kesedihan
yang dalam karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia ingin sekali memiliki
anak. Ketika ia berhenti di sisi kebun ia mencium baru harum pepohonan di
kebun itu, yang menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian. Pada
saat yang sama, para wanita yang membantunya sudah mengisi penuh tempat-tempat
air yang diambil dari sungai nil. TIba tiba mereka menemukan peti di sisi kaki
mereka. Kemudian mereka membawa peti itu kepada isteri Fir’aun. Istri fir’aun
itu memerintahkan untuk membuaknya, setelah peti itu terbuka ia sangat terkejut
ketika isi peti tersebut menampakkan isinya. Isi peti tersebut adalah seorang
bayi laki-laki yang lucu tanpa dosa yang nantinya menjadi Nabi. IStri Fir’aun
merasakan bahwa ia mencintai bayi itu seperti anaknya sendiri. Allah SWT
meneruh dalam hatinya rasa cinta kepada Nabi Musa as sehingga berlinang air
matanya.
Setelah menemuikan bayi itu, ia pun membawanya pulang. Ia
membolak balikkan bayi nabi Musa sambil menangis. Kemudian Nabi Musa as
terbangun dan menangis. Nabi Musa tampak lapar ia membutuhkan air susu pagi. Di
saat yang sama Fir’aun sedang duduk di atas meja makan. Ia menunggu
istrinya namun belum juga dating. Fir’aun mulai marah lalu mencarinya.
Tiba-tiba ia terkejut dengan kehadiran isterinya sambil membawa seorang bayi.
Isteri fir’aun tampak menyayanginya. Ia terus menciumnya dan air matanya
berlinang. Kemudian raja fir’aun pun bertanya “dari mana datangnya anak kecil
ini?” Kemudian mereka menceritakan bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di
tepi sungai. Fir’aun berkata : “ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai
dengan peraturan, anak-anak yang lahir di tahun ini dibunuh” mendengar perkataan
dari Fir’aun itu, ia berteriak dan ia mendekap nabi muas as lebih keras.
Seperti yang tertulis dalam Al Qur’an
“Dan berkatalah isteri Fir’aun : “(Ia) adalah penyejuk mata
hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat
kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadarinya”
(Qs. 28:9)
Fir’aun tampak keseharanan sekali melihat tingkah isterinya
yang mendekap anak kecil yang ditemuka di tepi sungai. Fir;aun tampak
tercengang karena isterinya menangis karena gembira, di mata fir’aun tidak
pernah mendapati isterinya menangis karena sebahagia itu. Fir’aun mulai
menyadari bahwa isterinya menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Fir’aun
berkata dalam hati : “Mungkin ia ingat bahwa ia tidak mampu melahirkan anak dan
menginginkan anak ini”. Akhirnya, Fir’aun sepakat atas apa yang dikatakan oleh
isterinya. Fir’aun memenuhi keinginannya dan menyetujui untuk merawat dan
mendidik anak itu di istana.
Setelah mendengar persetujuan dari suaminya, tampaklah keceriaan
yang hebat di wajah sang istri. Fir’aun belum pernah menyaksikan
keceriaan seperti itu. Pada sebagai seorang suami ia telah memberikan berbagai
macam hadiah kepada istrunya, berbagai perhiasan dan juga budak ia berikan
kepada isterinya. Namun isterinya belum pernah tersenyum. Ia menyangka bahwa
isterinya tidak mengertia arti senyuman. Dan sekarang, firaun melihat wajah
isterinya dipenuh dengan senyum keceriaan. Sementar itu Nabi Musah yang
masih bayi mulai menangis karena lapar. Isteri nabi firaun berkata kepada
suaminya : “Anakku yang kecil sedang lapar”, kemudian firaun berkata :
“Datangkanlah kepadanya wanita yang menyusui”, kemudian datanglah kepadanya
seorang wanita yang menyusui dari istana. Wanita itu mencoba untuk menyusui
Nabi Musa as, tapi tanpa diduga nabi Musa as malah menolkanya. Kemudian
didatangkan wanita yang kedua, kemudian ke tiga, lalu sampai kesepuluh namun
nabi Musa as tetap menangis dan tidak mau menyusu kepada seorang wanita pun di
antara mereka. Melihat hal tersebut, isteri firaun menangis karena tidak
tahan melihat penderitaan anak kecil yang baru ditemukannya. Ia tidak
mengetahui apa yang harus dilakukannya
Namun yang merasa sedih dan menangis bukan hanya isteri
firaun, ibu kandung nabi Musa juga merasa sedih dan menangis. Ketika ibunya
melempar nabi Musa ke sungai nil, ia merasa bahwa ia sedang melempar buah
hatinya ke sungai. Lalu peti yang dilemparkan itu hilang di bawah oleh air
sungai dan beritanya pun tersembunyi. Dan ketika datang waktu pagi, ibu nabi
Musa merasakan kesedihan yang selalu menghantuinya. Hampir saja ia pergi ke
istana firaun untuk mendapatkan berita tentang anaknya kalau, Allah SWT menaruh
kedamaian dalam hatinya sehingga ia menyerahkan urusan anaknya kepada Allah
SWT.kemudian, ia berkata kepada saudara perempuan Nabi Musa as.
“Pergilah dengan tenang ke istana firaun dan berusahalah
untuk mendapatkan berita tentang Musa dan hendaklah engkau hati hati agar
jangan sampai mereka mengetahuimu”, kemudian saudara perempuan nabi Musa pergi
dengan tenang. Akhirnya ia mendengarkan kisah tentang Nabi Musa as secara
sempurna. Ia melihat nabi Musa as dari kejauhan dan mendengarkan suara
tangisannya. Ia melihat mereka dalam keadaan kebingungan dimana mereka tidak
mengetahui bagaimana menyusuinya. Ia mendengar bahwa nabi Musa as menolak
tawaran wanita yang mencoba menyusuinya.
Saudara perempuan nabi as berkara kepada para pengawal
firaun
“apakah kalian mau aku tunjukkan suatu keluarga yang dapat
menyusuinya dan dapat mengasuhnya”. Lalu Isteri firaun menjawab :
“seandainya kamu dapat membawa kami kepada wanita yang dapat
menyusuinya dan dapat mengasuhnya niscaya kami akan memberimu hadiah yang
besar. Yaitu sesuatu yang engkau inginkan akan kami penuhi”. Lalu saudara
perempuan nabi Musa as itu kembali dan menghadirkan ibunya. Si ibu menyusuinya
dan nabi Musa pun menyusu dengan tennang. Melihat hal itu, isteri firaun pun
sangat gembira dan berkata :
“Bawalah dia hingga waktu penyusuannya selesai, lalu
kembalikanlah dia kepada kami dan kami akan memberimu sesuatu balasan yang besar
atas penyusuan dan pendidikan yang engkau berikan”
Itulah cara Allah yang maha adil dan maha kuasa
mengembalikan Nabi Musa kepada ibunya agar ia merasagembira dan hatinya menjadi
tenang dan tidak bersedih juga agar ia mengetahui bahwa janji Allah SWT benar
dan bahwa perintah-Nya dan ketentuan-Nya pasti terlaksana meskipun banyak
rintangan dan tantangan, Allah SWT berfirman :
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hamper
saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan
berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan. “Ikutilah dia”. Maka
terlihatlah olehnya Musah dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, dan
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yhang mau menyusui-nya
sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa : “Maikah kamu aku tunjukkan kepadamu
ahlubait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik
kepadany?. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan
tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs. 28 : 10 – 13)
Ibu nabi Musa as yang asli menyempurnakan penyusuan lalu
menyerahkannya ke rumah firaun. Saat itu nabi Musa as disenangi dan disukai
semua orang. Allah SWT berfirman :
“Yaitu : Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti,kemudian
lemparkanlah ia ke sungai (nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi
sungai, supaya diambil oleh (fir’aun) musuhku dan musuhya. Dan aku telah
melimpahkan kepadamu kasih saying yang datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh
di bawah pengawasan-Ku” (Qs. 20 : 39)
Tiada seorang pun yang melihat nabi Musa as kecuali ia akan
mencintainya. Nabi Musa as dididik di istana terbesar di bawah bimbingan dan
penjagaan Allah Yang Maha Kuasa. Pendidikan Nabi Muas as dimulai di rumah
firaun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar. Mesir
saat itu merupaka Negara yang besar di Dunia dan Firaun sebagai raja yang
paling kuat. Karena itu dengan mudah Firaun mampu mengumpulkan para pakar
pendidikan dan para cendekiawan. Demikianlah hikmah Allah Swt berkehendak
agar Nabi Musa as terdiri di bawah pendidikan yang besar dan ditangani
pakar-pakar pendidik yang terlatih. Ironisnya, hal ini terjadi di rumah
musuhnya yang pada suatu hari nanti akan hancur di tangannya, sebagai bentuk
pelaksanaan dari perintah Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Musa as tumbuh di rumah firaun. Beliau mempelajari ilmu
hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia dan bahasa. Beliau tidur di bawah
bimbingan agama. SWehingga nabi Musa tidak mendengar omongan kosong yang
dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan firaun. Jarang sekali ia mendengar
bahwa firaun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini.
Beliau tinggal bersama firaun di satu rumah. Nabi Musa mengetahui lebih dari
pada orang lain bahwa firaun hanya sekedar manusia biasa yang lalim. Nabi Musa
juga mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari firaun. Ia adalah anak
seorang dari bani israil. Ia menyaksikan bagaimana para pengawal firaun dan
para pengikutnya menindas masyarakat bani israil. Akhirnya, nabi Musa tumbuh
besar dan mencapai kekuatannya.
Ketika para pengawal lali darinya, nabi muas as memasuki
kota. Nabi Musa as berjalan-jalan di sekitar kota. Kemudian nabi Musa as
mendapati seorang lelaki dari pengikut firaun yang sedang berkelahi dengan
seorang bani israil. Lalu seorang yang lemah dari kedua orang itu meminta
tolong kepadanya. Nabi Musa as pun turut campur dalam urusan itu. Nabi muas as
mendorong dengan tangannya seorang lalaki yang berbuat aniyaa itu. Ternyata
nabi Musa as membunuhnya. Ketika itu memang nabi Musa terkenal sebagai orang
yang kuat. Nabi Musa berniat untuk melerai kedua orang yang berkelahi itu,
namun tanpa sengaja malah membunuhnya, lelaki itu tersungkur kemudian
mati. Nabi Musa as kemudian kepada pada diri sendiri. Ini adalah
perbuatan shetan. Sesungguihnya ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata.
Kemudian nabi Musa as berdoa kepada Allah dan berkata :
“Ya TUhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku maka
ampunilah aku” Allah yang maha pengampun pun mengampuninya. Allah berfirman
“Dan setelah Musa sudah cukup umur dan sempurna akalnya.
Kami berikan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota
(Memphis) ketika penduduknya sedang lemah, maka didapatinya di dalamkota itu
dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani israil)
dan seorang lagi dari musuhnya (kaum firaun). Maka orang yang dari
golongannya meminta pertolongan darinya, untuk mengalahkan orang yang dari
musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matlah musuhnya itu. Musa berkata : “Ini
adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang menyesatkan lagi
(permusuhannya). Musa berdoa : “Ya Thanku, sesungguhnya aku telah menganiaya
diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya,
sesungguhnya dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Musa berkata :
“Ya Tuhanku, demi nikmat yang engkau anugrahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada
akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”
Nabi Musa as adalah cermin lain dari Nabi Ibrahim as.
Kedua-keduanya dari kalangan ulul azmi, tetapi nabi ibrahim as merupakan cermin
kesabaran dan kelebutan sementara itu nabi Musa as merupakan cermin dari
kekuatan dan keperkasaan.
Nabi Musa as menjadi takut dan terancam di tengah-tengah
kota. Beliau berjanji di kemudian hari bahwa beliau tidak akan lagi menjadi
sahabat orang-orang yang berbuat jahat. Beliau tidak akan lagi terlimbat dalam
pertengkaran dan permusuhan antara sesame penjahat. Di tengah-tengah
perjalanannya, nabi Musa as dikagetkan ketika melihar seorang yang ditolongnya
kemaren itu kini memanggilnya lagi dan meminta tolong pada pada nabi Musa. Dan
lagi lagi orang itu terlibat permusuhan dan pertengkaran dengan orang mesir.
Nabi muas as mengetahui bahwa orang Israel ini berbuat aniaya. Nabi Musa as
mengetahui bahwa ia termasuk seorang preman di wilayah itu. AKhirnya, nabi Musa
as berteriak di depan wajan orang israil itu sambil berkata : “SUngguh ternyata
engkau adalah orang yang jahat”
Nabi Musa as mengatakan ucapan itu sambil mendorong kedua
orang itu dan ia melerai pertengkaran. Orang israil itu mengira bahwa nabi Musa
akan mencelakainya maka ia diliputi rasa takut. Sambil meminta kasih saying
kepada Nabi Musa as, ia berkata : “Wahai Musa apakah kamu akan membunuhku
seperti kamu membunuh orang yang kemaren. Apakah kamu ingin menjadi penguasa di
muka bumi ini dan tidak ingin menjadi orang yang memperbaiki bumi.” Ketika
mendengar orang israil mengatakan demikian, nabi Musa as berhenti dan amarahnya
mereda. Nabi Musa as mengingat apa yang dilakukannya kemaren dan bagaimana ia
meminta ampun dan bertaubat serta berjanji tidak menjadi pembantu orang-orang
yang berbuat jahat. Nabi Musa as kemudian kembali dan meminta ampun kepada
Tuhannya.
Orang mesir yang berkelahi dengan orang Israel itu
mengetahui bahwa nabi Musa as adalah pembunuh orang mesir yang mayatnya
ditemukan oleh mereka kemaren. Petugas keamanan mesir tidak berhasil menyikap
kasus pembunuhan itu. Akhirnya rahasia nabi muas as terungkap, lalu seorang
pria dari mesir yang beriman datang dari penjuru kota. Ia membisikkan kepada
nabi Musa as bahwa ada suatu rencana untuk membunuhnya. Pria itu menasehati
nabi Musa agar ia meninggalkan mesir secepatnya, Allah swt berfirman
“Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut
menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba tiba orang
yang meminta pertolongan kemaren berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa
berkata kepadanya : “Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sehat yang
nyata (kesesatannya), maka tatkala Musa memegan dengan keras orang yang menjadi
musuk keduanya, musuhnya berkata :
“Hai Musa apakah kamu bermaksud untuk membunuhku,
sebagaimana kamu kemaren telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud
melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-webang di negeri (ini),
dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan
perdamaian”. Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa
seraya berkata :
“Hai Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding tentang
kamu. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu” (Qs
: 28 : 18 – 20)
Para penguasa atau para pembesar yang bertanggung jawab pada
keamanan menyiapkan persekutuan untuk menyingkirkan nabi Musa as. Akhirnya
kesempatan emas itu tiba. Para pembantunya mengatakan kepadanya bahwa nabi Musa
merupakan orang yang membunuh orang mesir yang mereka temukan jasadnya kemaren.
Selesai urusan ini. Kemudian datanglah perintah dan kesempatan untuk membunuh
nabi Musa as. ORang-orang yang membenci nabi Musa as mulai mendapatkan angina
kegembiraan di mana mereka akan melihat nabi Musa as terbunuh, tetapi Allah yang
maha tahu mengirim orang mesir yang baik untuk mengingatkan nabi Musa agar
berlari dari kejaran orang-orang yang lalim. Allah berfirman seperti yang
tercantum dalam AL qur an
“Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut
menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa : ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku
dari orang-orang yang lalim itu’.” (Qs. 28 : 21)
Nabi Musa as meninggalkan kota dan menjadi orang yang
terusir. Nabi Musa as segera keluar dalam keadaan takut dan sambil waspada nabi
Musa as selalu berdoa dalam hatinya : “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari
orang-orang yang lalim”. Kaum itu memang benar-benar orang-orang lalim. Mereka
ingin menerapkan hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas nabi Musa as,
padahal nabi Musa as tidak melakukan selain berusaha memisahkan orang yang
berkelahi tetapi dengan tidak senagaja ia membunuhnya. Nabi Musa as segera
keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi pergi ke istana firaun dan tidak mengganti
pakaiannya, dan tidak membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa
binatang tunggangan yang dapat mengantarkannya. Beliau juga tidak pergi bersama
suatu kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan kabar dari seorang
mukmin yang mengingatkannya dari ancaman firaun.
Nabi Musa as berjalan melalui jalan yang tidak biasanya
dilalui orang. Nabi muas memasukin gurun dan ia menuju ke suatu tempat
yang disitu Allah membimbingnya. Ini adalah pertama kalinya beliau keluar dan
mengarungi gurun pasir sendirian. Kemudian nabi Musa tiba di suatu tempat yang
bernama Madyan. Nabi Musa istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang bersar
dimana disitu orang-orang mengambil air untuk memberi minum binatang tunggangan
mereka dan juga binatang gembalaan mereka. Nabi Musa as tidak membawa makanan
selain daun-daun pohon. Nabi Musa as minum dari sumur-sumur yang ditemukannya
di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Nabi Musa merasakan ketakukan, jangan
jangan firaun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika nabi Musa as sampai di
kota madyan nabi Musa as berbaring di sisi pohon dan beristirahat. Nabi Musa as
merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakai olehhnya terlihat mulai rusak.
Beliau tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sandal baru, dan beliau
juga tidak mempunya uang yang cukup untuk membeli minuman atau makanan.
Nabi Musa as memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang
mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Nabi Musa as ingat bahwa ia sedang
lapar dan haus. Ia berkata dalam hati : “Aku dapat memenuhi perutuku dengan air
selama aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan:, nabi Musa
kemudian berjalan ke tempar air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang
perempuan yang sedang memisah kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur
dengan kambing orang lain. Melalui ilham, nabi Musa as merasa bahwa kedua wanita
itu membutuhkan pertolongan. Nabi Musa as lupa terhadap rasa hausnya, lalu
beliau menuju kea rah mereka dan bertanya, apakah ia dapat membantu mereka?
Lalu seorang gadis yang paling tua berkata :
“kami menunggu sampai selesainya para gembala itu mengambil
air untuk binatang gembalaanmereka” lalu nabi Musa bertanya :
“Mengapa kalian tidak mengambil air sekarang?” kemudian
gadis kecil berkata :
“Kami tidak mampu untuk berdesak-desakan dengan kaum pria”.
Nabi Musa as keheranan karena mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing.
Seharusnya yang menggembala kambing adalah kaum pria. Itu merupakan tugas berat
dan sangat melelahkan, tidak semestinya wanita menggembala.
“Mengapa kalian mengembala kambing” Gadis yang kecil
mengatakan lagi :
“Orang tua kami sudah tua dimana kesehatannya tidak dapat
membantunya untuk keluar dari rumah dan mengembala kambing setiap hari”.
Mendengar hal itu Nabi Musa as lalu berkata :
“Kalau begitu, aku akan membantu kalian untuk mengambil air
itu”
Nabi Musa as berjalan menuju tempat air. Nabi Musa air
mengetahui bahwa para pengembala meletakkan di atas bibir suatu air suatu batu
besar yang tidak bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Nabi Musa as
merangkul dan mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot nabi Musa as tampak
menonjol saat memindahkan batu itu. Nabi Musa merupakan pria yang kuat.
Akhirnya, nabi Musa as berhasil mengambil air untuk remaja putrid itu, dan
kemudian ia mengembalikan batu itu ke tempatnya. Nabi Musa as kembali duduk di
bawah naungan pohon. Saat itu nabi Musa as lupa untuk minum. Perut nabi Musa
menempel ke punggungnya karena karena saking laparnya. Nabi Musa as mengingat
Allah yang maha esa dan memanggil Nya dalam hati :
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong)
keduanya, kemudia dia kembali ketempat yang terduh lalu berdoa : “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang engkau turunkan
kepadaku” (Qs. 28 : 24)
Kedua gadis itu kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya :
“Hari ini kalian kembali lebih cepat dari biasnaya?”
Gadis yang paling tua berkata :
“Sungguh hari ini kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami
bertemu dengan seorang pria yang mulia yang mengambilkan air bagi hewan kami
sebelum orang-orang lain mengambilnya”
Si ayah berkata
“Alhamdulullah”
Gadis yang paling kecil berkata
“saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan
tampak ia sedang lapar. Saya melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia
seorang pria yang kuat”
Lalu si ayah berkata kepada anak perempuannya :
“Pergilah engkau padanya dan katakana, sesungguhnya ayahku
memanggilmu untuk memberimu upah atas jasamu mengambilkan air untukku”.
Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Nabi Musa as dalam keadaan hatinya
berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan Nabi Musa as dan menyampaikan
surat dari ayahnya. Nabi Musa as bangkit dari tempat duduk dan pandangannya
tertuju ke bawah. Nabi Musa as tidak bermaksud mengambilkan air untuk mereka
dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka. Beliau membantu mereka hanya
semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan dalam dirinya bahwa Allah SWT
lah yang menggerakkan beliau untuk membantu mereka.
Gadis itu berjalan di depan Nabi Musa as kemudian bertiuplah
angin dan menyentuh pakaiannya sehingga nabi Musa as menunduk padangan matanya
karena merasa malu. Nabi Musa as berkata kepada gadis itu :
“saya akan berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan
padaku”. Mereka pun sampai di kediaman si ayah. Sebagian ahli tafsir mengatakan
bawah si saya ini adalah Nabi Syu’aib as. Beliau memperoleh usia panjang
setelah kematian kaumnya. Orang tua itu menghidangkan kepada nabi Musa as makan
siang dan bertanya kepadanya dari mana ia datang dan kemudian ke mana ia akan
pergi,
Nabi Muas as mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata
kepadanya, jangan khawatir dan jangan takut. Engkau akan selamat dari
orang-orang yang lalmi. Negeri ini tidak tunduk pada mesir dan mereka tidak
akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu, nabi Musa as menjadi tenang dan
bangkit untuk pergi. Salah seorang anak perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan
berbisik :
“wahai ayahku, berilah dia upah. Sesungguhnya engkau akan
memberikan upah kepada seorang yang kuat dan jujur”
Si ayah bertanya kepadanya :
“bagaimana engkau mengetahui dia seorang lelaki yang kuat”
Anak perempuannya menjawab
“Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu
diangkat oleh sepuluh orang lelaki”
Si ayah bertanya lagi :
“Bagaimana engkau mengetahui bahwa dia seorang yang jujur”
Perempuan itu menjawab :
“Ia menolak untuk berjalan di belakangku dan ia berjalan di
depanku sehingga ia tidak melihatku saat aku berjalan. Dan selama perjalanan
saaat aku berbincang-bincang denganya, dia sellau menundukkan matanya ke tanah
sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya”
Kemudian orang tua itu memandangi Nabi Musa as dan berkata
kepadanya :
“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu
putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku
selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu
adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insyaAllah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh”
Nabi Musa as kemudian berkata :
“Ini adalah kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah SWT
sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan
selama delapan tahun maupun sepuluh tahun. Setelah itu, aku bebas untuk
pergi ke mana saja”
Allah SWT berfirman
“Kemudian datanglah kepada Musa seorang dari kedua wanita
itu berjalan malu-malu, ia berkata :
“Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan
terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa
mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai
dirinya), Syu’aib berkata :
“Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang
yang lalim itu” Salah seorang dari kedua wanita itu berkata :
“Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), karena sesungguhnya orang yang aling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia
(Syu’aib)
“sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan
tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan)
dari kamu, maka aku tidak berhak memberatkan kamu. Dan kamu insyaAllah akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia (Musa) berkata :
“itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari
kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan
tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan”
(Qs. 28 : 25 – 28)
Lalu menikahlah nabi Musa as dengan salah satu anak gadis
dari nabi SYu’aib as dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan
dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as.
Demikianlah nabi Musa mengabdi kepada Nabi Syu’aib as selama
sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi Musa as terbatas pada keluar dari rumah di
waktu pagi untuk mengembala kambing. Sepuluh tahun waktu yang dihabiskan oleh
Nabi Musa as di Madyan merupakan suatu ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT.
Nabi Musa as berdasarkan islam dan agama tauhid. Nabi
Musa as menghabiskan masa sepuluh tahun itu dalam keadaan jauh dari kaumnya dan
keluarganya. Masa sepuluh tahun ini adalah masa yang paling penting dalam
kehidupannya. Ia merupakan masa persiapan yang besar. Pada setiap malam
Nabi Musa as merenungkan bintang-bintang. Nabi Musa as mengikuti terbitnya
matahari dan tenggelamnya. Pada setiap siang nabi Musa memikirkan
tumbuh-tumbuhan; bagaimana ia membela tanah dan mekar. Nabi Musa as
memperhatikan hari; bagaimana ia menghidupkan bumi setelah bumi itu mati, lalu
bumi itu menjadi tempat yang indah dan subur. Nabi Musa as memperhatikan alam
yang luas dan ia tempak tercengan dan kagum dengan ciptaan Allah SWT.
Sebenarnya pemikiran-pemikiran dan perenungan-perenungan
tersebut jauh jauh hari sudah tersembunyi di dalam dirinya dan menetap di dalam
jiwanya. Bukankah nabi Musa as terdidik di istana Firaun. Ini berarti bahwa
beliau menjadi seorang mesir yang mempunyai wawasan luas, orang mesir
menunjukkan kekuatan fisiknya, orang mesir dengan segala makanannya dan
minumannya. Jadi, segala hal yang ada pada nabi Musa as berbau mesir. Nabi Musa
as siap sipa untuk menerima wayu dari Allah dengan bentuk yang baru. Yaitu wayu
Illahi yang langsung datang tanpa perantara seorang malaikat di mana Allah SWT
yang berbicara dengannya secara langsung.
Oleh karena itu, sebelum datangnya watyu itu perlu adanya
persiapan mental dan moral, sendangkan persiapa fisik telah selesai dilaluinya
di mesir. Nabi Musa as tumbuh di sitana yang paling besar yang dimiliki
penguasa di bumi dan di suatu pemerintahan yang paling kaya di bumi. Nabi Musa
as menjadi seorang pemuda yang kuat di mana bukan hanya sekedar memisahkan
seseorang yang berkelahi, namun justru membunuhnya meski tanpa sengaja. Setelah
persiapan fisik yang kuat, kini nabi Musa as harus melewati persiapan mental
yang seimbang. Yaitu persiapan yang dilakukan melalui pengasingan yang sempurna
di mana beliau hidup di tengah-tengah guru dan tempat pengembalaan yang beliau
belum pernah menginjakkan kakinya di sana. Beliau hidup di tengah-tengah orang
asing yang belum pernah beliau lihat sebelumnya.
Sering kali nabi Musa as mendapatkan kesunyian dan
keheningan di balik pengasingan itu. Allah SWT mempersiapkan hal tersebut
kepada nabi-Nya agar setelah itu beliau mampu memegang amanat yang besar dari
Allah SWT. Datanglah suatu hari atas nabi muas as. Selesailah masa yang
ditentukan. Kemudian nabi Musa as merasakan kerinduan untuk kembali ke mesir.
Dengan berlalunya waktu, hukuman yang harus dijalaninya dengan sendirinya
gugur.
Nabi Musa as mengetahui hal itu, tetapi beliau juga
mengetahui bahwa undang-undang di mesir sebenarnya terletak pada kekuatan
penguasa, jika penguasa berkehendak maka nabi Musa as dapat menerima hukuman,
dan jika tidak berkehendak maka dia akan memafaatkannya, meskipun yang
bersangkutan berhak mendapatkan hukuman. Nabi Musa as menyadari hal itu, nabi
muas as tidak sepenuhnya yakin ia akan selamat ketika beliau menginjakkan kakinya
di mesir seperti keyakinannya bahwa beliau selamat di tempatnya sekarang.
Meskipun demikian, rasa rindunya untuk melakukan perjalanan kembali ke
tempatnya mendorong nabi Musa as segera menuju ke mesir. Nabi Musa mengambil
keputusan yang tepat.
Nabi Musa as berkata kepada isterinya :
“Besok kita akan mulai perjalanan ke mesir:
“Di dalam perjalanan terdapat seribu macam bahaya tetapi
ketenangan tetap menghiasai Musa.” Istri nabi Musa as taat kepada nabi Musa as.
Nabi Musa as keluar bersama keluarganya dan melakukan
perjalanan. Bulan bersembunyi di balik gumpalan awan yang tebal dan kegelapan
menyelimuti sana-sini. Sementara itu, petir menyambar sangat keras dan langit
menurunkan hujan. Cuaca tampak tidak bersahabat. Di tengah-tengah
perjalanannya, nabi Musa as tersesat. Nabi Musa as mendapatkan dua potongan
batu kemudian beliau memukul keduanya dan menggesek-gesekkan keduanya agar
mendapatkan api dariny sehingga beliau dapat berjalan. Tapi sayang, beliau
tidak mampu melakukan hal itu. Angin yang bertiup kencang memadamkan api kecil
itu.
Nabi Musa as berdiri dalam keadaan bingung dan tubuhnya
tampak menggigil di tengah-tengah keluarganya. Kemudian Nabi Musa as
mengangkat kepalanya dan menyaksikan sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau
saksikan adalah api yang sabat besar yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka
hati bai Musa as dipenuhi dengan rasa gembira. Ia berkata kepada keluarnya :
“Aku melihat api di sana”
Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di
tempatnya sehingga beliau pergi ke api itu. Mungkin di sana beliau mendapatkan
sesuatu berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk
sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa segian api yang
menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh nabi Musa as
tetapi sebenarnya mereka tidak melihat sesuatu apapun. Mereka tetap menantinya
dan duduk sambil menunggu kedatangan nabi Musa as. Nabi Musa as bergera menuju
ke tempat api. Nabi Musa as segera berjalan dan menghangatkan tubuhnya,
sementara tangan kanannya memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak basah kuyup
karena hujan. Nabi Musa as tetap berjalan sampai ia mencapai suatu lembah yang
bernama Thua’. Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembat ini. Di lembah
itu tidak ada rasa dingin dan tidak ada angina yang bertiup. Yang ada hanya
keheningan. Nabi Musa as mendekati api. Belum lama beliau mendekatnya sehingga
beliau mendekar suara panggilan :
“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia :
‘bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan
orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan maha suci Allah, Tuhan semesta alam
(Qs. 27 : 8)
TIba tiba nabi Musa as berhenti dan badannya menggigil.
Suara itu tampak terdengar dan datang dari segala tempat dan berasal dari
tempat tertentu. Nabi mua as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil.
Nabi Musa as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Beliau mendapati
suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon itu terbakar dan berkobarlah
api darinya maka pohon itu justeri semakin menghijau. Seharusnya pohon itu
berubah warnah menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru
meningkatkan warna hijaunya. Nabi Musa as tetap menggigil mekipun beliau
merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
LEmbah tempat nabi Musa as berdiri adalah lembah Thua’. Nabi
Musa as meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking
dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk
melindungi kedua matanya. Kemudian nabi Musa as bertanya dalam dirinya”
“INi cahaya atau api?” Tiba tiba beliau tersungkur ke tanah
sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memangggil :
“Maka ketika ia datang ke tempat itu ia dipanggil: wahai
Musa” (QS. 20 : II)
Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan berkata :
“Ya”
Allah berkata :
Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua
terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, thuwa’ (Qs. 20 : 12)
Nabi Musa as ruku dan melepas kedua sandalnya, kemudian
Allah SWT kembali berkata :
“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktuhny) agar
supaya tiap tipa dari itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali
janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan
oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa. “Qs. 20
: 13 – 16)
Nabi Musa as semakin gemetar saat beliau menerima wahyu
Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah yang maha pengasih dan
penyayang itu berkata :
“Apakah itu yang ada di tangan kanamu, hai Musa?” (Qs. 20 :
17)
Bertambah keheranan nabi Musa as. Allah SWT adalah zat yang
mengajaknya berbicara dan tentu lebih mengetahui dari nabi Musa as tentang apa
yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepada jika memang Dia lebih
mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi. Nabi as
menjawab pertanyaan itu dengan suara yang tampak menggigil :
“Berkata Musa : “ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya,
dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan abgiku ada lagi kepeluan
yang ada padanya” (qs. 20 : 18)
Allah befirman : lemparkanlah ia, hai Musa! (Qs : 20 : 19)
Nabi Musa as melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa
herannya semakin menjadi-jari. Tiba-tiba nabi Musa as dikagetkan ketika melihat
tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Nabi Musa
as tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Nabi Musa as merasa tubuhnya
bergetar karena rasa takut. Nabi Musa as membalikkan tubuhnya karena takut dan
ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah SWT
memanggilanya :
“Dan lemparkanlah tongkatmu”, maka tatkala (tongkat itu
menjadi luar) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang
gesit. Larilah ia berbalik kebelakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu
takut, sesungguhnya orang menjadi rasul, tidak takut di hadapanku” (Qs 27
:10)
“Hai Musa, datanglah kepadaKu dan janganlah kamu takut.
Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman” (qs. 28 : 31)
Nabi Musa as kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat
itu tampak bergerak dan ular itupun tetap bergerak. Allah SWT berkata kepada
Musa :
“Peganglah ia dan janganlah takut, kami akan mengembalikan
kepadanya keadaannya semula” (qs. 20 :21)
Nabi Musa as mengulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan
menggigil. Nabi Musa as belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi
tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian Allah
SWT memerintahkan kepadanya :
“Masukanlah tangganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar
putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke
dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu
(yang akan kamu hadapkan kepada Fir;aun dan pembesar-pembesaranya).
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Qs : 28 : 32)
Nabi Musa as meletakkan tangannya di kantorngnya lalu ia
mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa
kagum Nabi Musa as bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya
sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar
hilang.
Nabi Musa as merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah SWT
memerintahkan kepadanya setelah beliau melihat kedua mukjizat itu, yaitu
mukjizat tangan dan mukjizat tongkat untuk pergi menemui Firaun dan berdakwah
kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan Allah SWT memerintahkan
kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari mesir. Nabi Musa as manampakkan
rasa takutnya kepada Fir’aun. Nabi Musa as berkata bahwa ia telah membunuh
seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuh dan
membalasnya. Nabi Musa as meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar
mengirim saudaranya Nabi Harun as bersamanya. Allah SWT menenangkan Nabi Musa
as dengan mengatakan bahwa dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar
dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Firaun terkenal
dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir’aun tidak akan mampu
menggangu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Nabi Musa as, bahwa
Dia-lah yang akan menang. Nabi Musa as berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar
melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam
berdakwah di jalan-Nya.
Allah SWT telah memilih Nabi Musa as. Itu adalah salah satu
puncah kemuliaan di mana tidak ada seorang pun di zaman itu yang mampu
mencapainya selain nabi Musa as. Nabi Musa as kembali untuk menemui keluarganya
setelah Allah SWT memilihnya sebagai rasul dan utusan untuk berdakwah ke
Fir’aun. Akhirnya. Nabi Musa as beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir.
Hanya Allah SWT yang mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas di dalam
diri Nabi Musa as saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke mesir.
Nabi Musa as mengetahui bahwa Fir’aun adalah orang yang
jahat. Fir’aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan firaun akan
menentangnya tetapi Allah SWT memerintahkannya untuk pergi ke firaun dan
berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah SWT mewahyukan
kepada Nabi Musa as bahwa Firaun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa as tidak
peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan bani israil yang
sedang disiksa oleh Firaun.
Allah SWT berkata kepada Musa dan Harun :
“Maka datanglah kamu berdua kepadanya (firaun) dan
katakanlah : “sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah
Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka” (Qs. 20 : 47)
Inilah tugas yang ditetukan, yaitu tugas yang akan
berbenturan dengan ribuan tantangan. Fir’aun menyiksa bani israil dan
menjadikan mereka budak-budak dan memaksa mereka untuk bekerja di luar
kemampuan mereka. Firaun juga menodai kehormatan wanita-wanita mereka dan
menyembelih anak laki-laki mereka. Nabi Musa as mengetahui bahwa rezim mesir
berusaha untuk memeprbudak bani israil dan mengekspliotasi mereka di luar
kemampuan mereka demi kepentinan penguasa. Tetapi nabi Musa as tetap
memperlakukan dan menghadapi Firaun dengan penuh kelembutan dan kasih sayang
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya :
“pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (qs. 20 : 43 – 44)
Nabi Musa as bercerita kepada firaun tentang siapa
sebenarnya Allah SWT, tentang Rahmat-Nya, tentang surga-Nya, dan tentang
kewajiban mengesankan-Nya dan menyembah-Nya. Beliau berusaha membangkitkan
aspek-aspek kemanusiaan firaun melalui pembicaraan tersebut. FIraun
mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nabi Musa as dengan penuh kebosanan. Firaun
membayangkan bahwa seseorang yang diharapannya adalah orang gila yang nekat
untuk menentang dan menggoyang kedudukannya.
Kemudian firaun mengangkat tangannya dan berbicara
“apa yang engkau inginkan, hai Musa?
Nabi Musa as menjawab :
“Aku ingin agar engkau membebaskan bani israil”
Fir’aun bertanya :
“Mengapa aku harus membebaskan mereka bersamamu sementara
mereka adalah budak-budakku?”
Musa menjawab :
“mereka adalah hamba-hamba Allah SWT, Tuhan pengatur alam
semesta”
Dengan nada mengejek Fir;aun bertanya :
“BUkankah engkau mengatakan bahwa namamu Musa?”
Nabi Musa as menjawab :
“benar”
Firaun berkata :
“Bukankah engkau yang kami temukan di sungail Nil saat
engkau masih kecil yang tidak mempunyai daya dan kekuatan? Bukankah engkau Musa
yang aku didik di istana ini, lalu engkau memakan makanan kam dan meminum air
kami, dan engkai menikmati kebaikan-kebaikan dari kami? Bukankah engkau yang
membunuh seseorang lalu setelah itu engkau lari? Tidakkah engkau ingat semua
itu? Bukankah mereka mengatkaan bahwa pembunuhan merupakan suatu kekufuran?
Kalau begitu, engkau seorang kafir dan engkau seorang pembunuh. Jadi engkau
adalah Musa yang lari dari hokum mesir. Engkau adalah seseorang yang lari dan
menghindari keadilan. Lalu sekarang engkau datang kepadaku dan berusaha berbicara
denganku. Engkau berbicara tetang apa hai Musa. Sungguh aku telah lupa”
“siapakah Tuhan semesta alam itu?” (Qs. 26 : 23)
Nabi Musa as menjawab :
“Tuhan pencipta lagi dan bumi dan apa-apa yang di antaranya
keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”
(Qs 26 : 24)
Berkata firaun kepada orang-orang sekelilingnya :
“Apakah kamu tidak mendengarkan?” (Qs. 26 : 25)
Musa berkata dan tidak memperdulikan ejekan Firaun itu :
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”
Qs. 26 : 26)
Firaun berkata bahwa nabi Musa as adalah tukang sihir
dan jika sihir itu yang akan dibanggakan oleh nabi Musa as, maka iapun
mempunyai tukang-tukang sihir pula.
Lalu firaun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya, untuk
bertanding melawan nabi Musa as di suatu area yang telah ditentukan waktu dan
tempatnya.
Di antara mereka ada yang melemparkan tali, tongkat, maka
berubahlah tongkat dan tali itu menjadi ular yang menjalar. Lalu nabi Musa as
merasa takut, karena telah dikelilingi ular-ular yang berbisa.
Lalu Allah memerintahkan kepada Musa dengan firmanNya :
“Lemparkanlah tongkat yang ditangan kananmu, nanti berubah
menjadi ular yang besar yang akan menelan segala perbuatan mereka itu,
sesungguhna kerja mereka itu adalah tipu daya tukang sihir saja dan sekali-kali
tidaklah akan menang tukan sihir itu, meskipun bagaimanapun juga”
Kemudian semua ahli sihir itu tunduk sujud kepada Nabi Musa
as. Karena melihat tukang sihirnya telah beriman kepada nabi Musa demikian pula
isterinya (siti asiah), maka firaun bertambah kemarahannya, sehingga isterinya
disiksa hingga meninggal, demikian juga orang-orang yang beriman disiksa dengan
sangat berat.
Akhirnya nabi Musa as bersama-sama orang yang beriman pergi
keluar dari mesir, setelah mereka tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka
dikejarlah mereka sampai ke laut merah, dan laut pun berubah menjadi jalan
besar dan membelah menjadi dua untuk dilalui nabi Musa as dengan
pengikut-pengikutnya.
Ketika firaun dengan bala tentaranya mengejar dari belakang
dan ketika mereka sampai di pertengahan laut, maka air lauput pun bertaut
kembali menjadi satu, kemudian mereka tenggelam semuanya, sebagaimana firman
Allah :
“Maka firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu
mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka” (Qs. 20 : 78)
Setelah nabi Musa as, dan kaumnya bebas dari kejaran firaun,
awalnya mereka mengembara. Pada saat mereka mengembara, dan tiba di suatu
tempat mereka melihat para penyembah berhala. Dan kaum nabi Musa ingin
melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Namun nabi Musa as
mengingatkannya, mereka pun tersadar dan lalu bertaubat karena keinginan mereka
untuk berbuat syirik.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mencari tempat
tinggal yang sesuai untuk ditempati. Lembah, bukit dan padang pasir pun mereka
lewati. Dan ketika mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang tandus,
mereka berkata : “WAhai, nabi Allah, mintalah kepada Allah Supaya menurunkan
makanan dan minuman untuk kami”, kemudian nabi Musa as pun berdoa dan Allah SWT
mengabulkan doa nabi Musa as. Langi pun melimpahkan makanan untuk mereka.
Betapa pemurahnya Allah kepada para hamba-Nya, padahal mereka sebelumnya pernah
berniat untuk menyekutukan-Nya.
Kemudian Nabi Musa as mengajarkan isi Taurat kepada umatnya.
Nabi Musa as meninggal dunia di padang Tih pada usia yang ke 120 tahun.